TEMPO Interaktif, Banyuwangi
- Sajian makanan serba ikan hiu rupanya cukup nikmat bila disantap
untuk berbuka puasa. Tak salah jika warung Wisata Bahari di Banyuwangi,
Jawa Timur, yang khusus menyediakan makanan serba hiu, selalu diserbu
pembeli.
Warung lesehan yang baru berdiri dua tahun itu terletak di bibir barat Pantai Boom, sekitar 3 kilometer dari pusat kota Banyuwangi.
Sate hiu, bistik hiu, sup hiu, atau ikan hiu bakar adalah menu khas yang ditawarkan warung ini ketika saya mengunjunginya, Minggu (22/8) lalu. Saya sarankan, Anda mencoba semua menu itu karena masing-masing makanan memiliki sensasi rasa yang berbeda.
Sate hiu misalnya. Berupa daging hiu berwarna putih yang telah dipotong kotak-kotak. Cara penyajiannya sama dengan sate ayam, yakni memakai bumbu kacang yang telah dihaluskan dan dilumuri kecap. Tapi rasanya, tentu saja berbeda. Sate hiu lebih gurih dengan tekstur daging yang lebih padat dan kenyal.
Berbeda lagi dengan bistik hiu. Daging hiu sebesar telapak tangan orang dewasa ditumis bersama bumbu-bumbuan seperti gula jawa, saus tiram, bawang putih, merica dan garam. Bistik hiu disajikan dengan sambal tomat yang sangat pedas. Jadilah paduan rasa gurih, manis, serta pedas.
Tapi kalau ingin sajian yang biasa, cukuplah dengan hiu bakar. Cara membuatnya hampir sama dengan ikan bakar pada umumnya. Namun hiu bakar tidak disajikan secara utuh, melainkan berupa dagingnya saja.
Berbagai menu itu bisa diakhiri dengan menyantap sup hiu. Bumbunya hampir sama dengan sup lainnya, namun menjadi lebih istimewa karena berisi potongan daging hiu.
Sebelum diolah, daging hiu harus direndam dulu di dalam air bercampur cuka dan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis. Pemilik warung, Tohamad Ali Usman, 60 tahun, mengatakan, bau hiu memang terkenal lebih amis dibanding ikan laut lainnya.
Semua makanan istimewa itu tidak terlalu mahal. Anda hanya perlu merogoh kocek antara Rp 8 ribu - Rp 50 ribu. Sate hiu misalnya, harganya hanya Rp 8 ribu per 10 tusuk.
Tohamad mengatakan idenya membuat sajian khas hiu karena hampir semua bagian hiu seperti siripnya, sudah dimanfaatkan bahkan dieskpor ke luar negeri. Sementara dagingnya, kata dia, belum banyak dimanfaatkan. "Apalagi dulunya belum ada yang jual makanan ikan hiu," kata dia.
Ikan hiu biasa ia dapatkan dari nelayan setempat. Jenis hiu yang dipakai adalah hiu tengiri yang masih anakan atau seberat 10 kilogram. Ya, mendapatkan ikan satu ini memang susah-susah gampang. Pernah suatu kali dalam satu bulan tak satupun nelayan yang memperoleh hiu. "Terpaksa kami menjual ikan lain," ujarnya.
Sambil menyantap hiu, mata Anda akan dimanjakan dengan pemandangan laut yang cukup menawan. Sesekali perahu nelayan yang pulang melaut melintas di depan Anda. Waktu berbuka Anda pasti terasa lebih menyenangkan.
Warung lesehan yang baru berdiri dua tahun itu terletak di bibir barat Pantai Boom, sekitar 3 kilometer dari pusat kota Banyuwangi.
Sate hiu, bistik hiu, sup hiu, atau ikan hiu bakar adalah menu khas yang ditawarkan warung ini ketika saya mengunjunginya, Minggu (22/8) lalu. Saya sarankan, Anda mencoba semua menu itu karena masing-masing makanan memiliki sensasi rasa yang berbeda.
Sate hiu misalnya. Berupa daging hiu berwarna putih yang telah dipotong kotak-kotak. Cara penyajiannya sama dengan sate ayam, yakni memakai bumbu kacang yang telah dihaluskan dan dilumuri kecap. Tapi rasanya, tentu saja berbeda. Sate hiu lebih gurih dengan tekstur daging yang lebih padat dan kenyal.
Berbeda lagi dengan bistik hiu. Daging hiu sebesar telapak tangan orang dewasa ditumis bersama bumbu-bumbuan seperti gula jawa, saus tiram, bawang putih, merica dan garam. Bistik hiu disajikan dengan sambal tomat yang sangat pedas. Jadilah paduan rasa gurih, manis, serta pedas.
Tapi kalau ingin sajian yang biasa, cukuplah dengan hiu bakar. Cara membuatnya hampir sama dengan ikan bakar pada umumnya. Namun hiu bakar tidak disajikan secara utuh, melainkan berupa dagingnya saja.
Berbagai menu itu bisa diakhiri dengan menyantap sup hiu. Bumbunya hampir sama dengan sup lainnya, namun menjadi lebih istimewa karena berisi potongan daging hiu.
Sebelum diolah, daging hiu harus direndam dulu di dalam air bercampur cuka dan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis. Pemilik warung, Tohamad Ali Usman, 60 tahun, mengatakan, bau hiu memang terkenal lebih amis dibanding ikan laut lainnya.
Semua makanan istimewa itu tidak terlalu mahal. Anda hanya perlu merogoh kocek antara Rp 8 ribu - Rp 50 ribu. Sate hiu misalnya, harganya hanya Rp 8 ribu per 10 tusuk.
Tohamad mengatakan idenya membuat sajian khas hiu karena hampir semua bagian hiu seperti siripnya, sudah dimanfaatkan bahkan dieskpor ke luar negeri. Sementara dagingnya, kata dia, belum banyak dimanfaatkan. "Apalagi dulunya belum ada yang jual makanan ikan hiu," kata dia.
Ikan hiu biasa ia dapatkan dari nelayan setempat. Jenis hiu yang dipakai adalah hiu tengiri yang masih anakan atau seberat 10 kilogram. Ya, mendapatkan ikan satu ini memang susah-susah gampang. Pernah suatu kali dalam satu bulan tak satupun nelayan yang memperoleh hiu. "Terpaksa kami menjual ikan lain," ujarnya.
Sambil menyantap hiu, mata Anda akan dimanjakan dengan pemandangan laut yang cukup menawan. Sesekali perahu nelayan yang pulang melaut melintas di depan Anda. Waktu berbuka Anda pasti terasa lebih menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar