Sabtu, 06 Juli 2013

kuliner khas palembang

Komhukum (Palembang) - Beragam kuliner atau makanan khas Palembang menjadi daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke kota pempek tersebut, kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia atau Asita, Anton Wahyudi.

Wisata kuliner menjadi salah satu yang menarik bagi wisatawan asing dan lokal berkunjung ke kota yang dibelah Sungai Musi itu.

Selain itu, Jembatan Ampera dan Sungai Musi juga menjadi daya tarik yang mampu mendorong turis datang dan berwisata di daerah ini, katanya.

Menurutnya, makanan khas Palembang, seperti pempek dan turunannya serta makanan lain termasuk beragam menu pindang sangat diminati wisatawan.

Wisatawan tidak hanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga berasal dari negeri tetangga terutama Malaysia.

Ia mengatakan, tak pernah sepi tamu-tamu yang ingin mencicipi makanan khas Palembang dan mengarungi Sungai Musi datang ke daerah ini.

Sebagian besar memang hanya ingin berwisata kuliner tetapi tidak sedikit yang hanya memilih mengarungi Sungai Musi baik siang maupun malam hari.

Dia menjelaskan, maraknya beroperasi restoran-restoran yang menjual beragam makanan khas Palembang tentu akan mendorong meningkatnya kunjungan ke kota pempek.

Selain itu, penambahan fasilitas objek wisata lainnya juga sangat penting agar tidak pernah sepi turis berkunjung, karena kedatangan mereka berdampak banyak terhadap perekonomian masyarakat.

Sebelumnya, Manager Restoran Riverside Eddy Boy mengatakan kalau restoran yang dikelolanya tersebut tidak pernah sepi.

Makan malam menjadi waktu yang paling ramai pengunjung datang tetapi siang pun tidak sepi.

Ia menambahkan, sebagian besar pengunjung datang secara berombongan dan bukan hanya dari Palembang, tetapi kota-kota lain, seperti Jakarta dan Bandung.

Makanan yang mereka tawarkan beragam tetapi tidak ketinggalan menyediakan pempek dan pindang ikan patin serta pindang tulang. (K-5/el)

berbuka dengan sajian serba Hiu

TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Sajian makanan serba ikan hiu rupanya cukup nikmat bila disantap untuk berbuka puasa. Tak salah jika warung Wisata Bahari di Banyuwangi, Jawa Timur, yang khusus menyediakan makanan serba hiu, selalu diserbu pembeli.

Warung lesehan yang baru berdiri dua tahun itu terletak di bibir barat Pantai Boom, sekitar 3 kilometer dari pusat kota Banyuwangi.

Sate hiu, bistik hiu, sup hiu, atau ikan hiu bakar adalah menu khas yang ditawarkan warung ini ketika saya mengunjunginya, Minggu (22/8) lalu. Saya sarankan, Anda mencoba semua menu itu karena masing-masing makanan memiliki sensasi rasa yang berbeda.

Sate hiu misalnya. Berupa daging hiu berwarna putih yang telah dipotong kotak-kotak. Cara penyajiannya sama dengan sate ayam, yakni memakai bumbu kacang yang telah dihaluskan dan dilumuri kecap. Tapi rasanya, tentu saja berbeda. Sate hiu lebih gurih dengan tekstur daging yang lebih padat dan kenyal.

Berbeda lagi dengan bistik hiu. Daging hiu sebesar telapak tangan orang dewasa ditumis bersama bumbu-bumbuan seperti gula jawa, saus tiram, bawang putih, merica dan garam. Bistik hiu disajikan dengan sambal tomat yang sangat pedas. Jadilah paduan rasa gurih, manis, serta pedas.

Tapi kalau ingin sajian yang biasa, cukuplah dengan hiu bakar. Cara membuatnya hampir sama dengan ikan bakar pada umumnya. Namun hiu bakar tidak disajikan secara utuh, melainkan berupa dagingnya saja.

Berbagai menu itu bisa diakhiri dengan menyantap sup hiu. Bumbunya hampir sama dengan sup lainnya, namun menjadi lebih istimewa karena berisi potongan daging hiu.

Sebelum diolah, daging hiu harus direndam dulu di dalam air bercampur cuka dan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis. Pemilik warung, Tohamad Ali Usman, 60 tahun, mengatakan, bau hiu memang terkenal lebih amis dibanding ikan laut lainnya.

Semua makanan istimewa itu tidak terlalu mahal. Anda hanya perlu merogoh kocek antara Rp 8 ribu - Rp 50 ribu. Sate hiu misalnya, harganya hanya Rp 8 ribu per 10 tusuk.

Tohamad mengatakan idenya membuat sajian khas hiu karena hampir semua bagian hiu seperti siripnya, sudah dimanfaatkan bahkan dieskpor ke luar negeri. Sementara dagingnya, kata dia, belum banyak dimanfaatkan. "Apalagi dulunya belum ada yang jual makanan ikan hiu," kata dia.

Ikan hiu biasa ia dapatkan dari nelayan setempat. Jenis hiu yang dipakai adalah hiu tengiri yang masih anakan atau seberat 10 kilogram. Ya, mendapatkan ikan satu ini memang susah-susah gampang. Pernah suatu kali dalam satu bulan tak satupun nelayan yang memperoleh hiu. "Terpaksa kami menjual ikan lain," ujarnya.

Sambil menyantap hiu, mata Anda akan dimanjakan dengan pemandangan laut yang cukup menawan. Sesekali perahu nelayan yang pulang melaut melintas di depan Anda. Waktu berbuka Anda pasti terasa lebih menyenangkan.

kuliner nikmat di yogyakarta

Yogyakarta - Geliat kuliner Jogja telah menampilkan berbagai tempat makan baru yang menonjolkan suasana (ambience). Kehadiran tempat-tempat makan baru ini menambah semarak peta kuliner Jogja. Selalu ramai oleh tamu-tamu dari luar kota. Hampir semuanya merupakan tempat-tempat makan yang direkomendasikan.
RM Moro Lejar > Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, 895035: Warung ini sudah hadir sejak 1989. Pada tahun 1994 meningkatkan penampilannya menjadi rumah makan lesehan di alam terbuka yang kemudian banyak ditiru di sekitarnya. Hidangan andalannya antara lain adalah nila bakar, lodeh lembayung, oseng-oseng lombok ijo.

RM Boyong Kalegan > Jl. Raya Pakem, Turi, Sleman, 897047: Sebuah restoran keluarga di atas lahan satu hektare tanah dengan nuansa alami pedesaan. Beberapa saung/gubug didirikan di tengah hamparan kolam dan sawah. Rekomendasi di sini termasuk sate gurame, trancam, tempe penyet, dan es kelapa muda.Bukit Sari Hotel Restaurant > Jl. Raya Wonosari km 16, Piyungan, 6897511: Anak-anak muda menyebut daerah Piyungan ini sebagai Pyongyang. Tempat mereka berpacaran sambil melihat pemandangan indah ke Jogja di bawah sana. Panorama matahari terbenam tampak indah dari ketinggian ini. Hidangan andalan di rumah makan ini adalah nasi merah dan oseng daun pepaya. Kalau mau berkendara sekitar 25 kilometer lagi, bisa menemukan warung nasi merah Mbok Jirak yang legendaris di Wonosari, dengan lauk belalang goreng.RM Ledok Gebang > Perumahan Candi Gebang Permai Blok R No. 7XX, 7411893: Sebuah tempat pemancingan di kawasan permukiman menengah yang sekaligus merangkap sebagai rumah makan. Tempat yang cocok untuk bersantai. Cicipi gurame bakar pedas dengan sambal mentah bawang yang istimewa.
Saung Udang Mang Engking > Jemur, Sendangrejo, Minggir, Godean, Sleman, 0815 7954130, flexi 0274 7489732: Masakannya bergaya Sunda, sesuai dengan pemiliknya yang memang asli orang Sunda. Cicipi udang bakar madu dan karedok di saung-saung yang didirikan di antara tambak udang, di tengah hamparan sawah.
Pecel Solo Waroeng Tempo Doeloe > Jl. Palagan Tentara Pelajar 52, 866588: Cabang dari warung yang populer di Solo. Suasana pedesaan yang dirakit secara modern, dengan mutu makanan yang dahsyat. Cicipi pecel sambal wijen, sambal tumpang, dan lain-lain.
Joglo Mlati > Jl. Kebon Agung 170, Sleman, 866700: bangunan joglo antik di lingkungan pedesaan dengan sajian masakan rumahan yang cukup baik, antara lain: brongkos dan udang colo-colo.
 

tahu tek dari surabaya

Makanan yang satu ini jelas tak kalah nikmatnya dengan kedua makanan tadi. Tahu tek terdiri dari lontong, tahu dan kentang yang digoreng. Lalu bahan-bahan ini dipotong kecil-kecil ukuran sekali suap dengan menggunakan gunting dengan ritme yang khas. Kemudian diatasnya disiram dengan saus campuran petis dan kacang tentunya, lalu ditaburi dengan taoge kecil dan kerupuk. Rasanya enak dan mantap dech pokoknya. Rujak cingur dan tahu tek memang memiliki sedikit kesamaan yaitu sama-sama tidak berkuah, tapi masih tetep berbeda. Rujak cingur terdapat buah-buahan dan cingur sapi didalamnya, sedangkan tahu tek tidak. Begitu juga dengan bumbu yang bikin mak nyuss... Umumnya kalo di Surabaya tahu tek banyak kita jumpai di malam hari.