KABUPATEN MAGETAN – Kesibukan seperti tak pernah berhenti di warung Bu Setu (60), Desa Gandu, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Sebanyak 15 tungku pemanggang ayam nyaris tidak beristirahat. Setiap 15 ayam panggang diangkat dari tungku, saat itu pula 15 ayam yang baru dibersihkan sudah mengantre.
Bu Setu dibantu sejumlah perempuan mengupas bawang putih, bawang merah, dan menyiapkan rempah-rempah penunjang bumbu ayam panggang.
Tidak kurang dari 150 ekor ayam kampung dipotong hari itu. Saat ramai pengunjung, warung Bu Setu bisa menghabiskan 350 ekor ayam tiap harinya. Saat Hari Raya Idul Fitri lebih dahsyat lagi. Dalam sehari, ayam yang dipotong bisa menembus angka 750-800 ekor. Untuk menggerakkan warungnya, Setu dibantu 25 karyawan,
”Kalau nuruti pembeli, berapa pun pasti habis. Tamu-tamu datang dari mana-mana dan kebanyakan luar kota, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo, pokoknya dari jauh-jauh,” ujar Setu, Senin (19/12).
Kesegaran bahan sangat memengaruhi kelezatan rasa masakan. Setu kerap terjun langsung ke pasar. Dia termasuk cerewet dalam urusan memilih ayam dan bumbu. Ayam harus ayam kampung asli dan dipilih ayam muda supaya dagingnya tidak keras.
Ayam yang dipotong juga harus sehat, tidak boleh sakit. Untuk memanggang, digunakan tungku berbahan tanah liat. Api tungku hanya dihasilkan dari proses pembakaran kayu. Nyala api harus stabil untuk menghasilkan kematangan yang merata pada daging ayam.
”Untuk mendapatkan ayam panggang yang kesat dan lezat, tidak cukup dipanggang sekali. Paling sedikit harus lima kali, supaya air di dalam dagingnya benar-benar kesat (kering). Panggangan yang terakhir baru diberi bumbu,” katanya.
Setu adalah satu dari sekian ibu-ibu di Desa Gandu yang menyajikan menu ayam panggang khas desa itu. Ayam kampung bisa dinikmati di dalam rumah pedesaan yang sejuk dan hening.
Sentra ayam panggang gandu berlokasi di Jalan Raya Madiun- Solo, tepatnya Jalan Raya Maospati-Ngawi. Sebuah papan petunjuk arah yang dipasang tepat di pertigaan Karangrejo menjadi penanda bagi para pengunjung. Jika masih ragu dengan petunjuk yang Anda lihat, silakan bertanya kepada masyarakat sekitar. Mereka akan mengarahkan Anda pada sebuah gang kecil dengan jalan berpaving baru. Di dalam gang itulah berdiri warung lesehan ayam panggang.
Sedikitnya ada 10 rumah di Desa Gandu menyediakan yam panggang. Selain Bu Setu, ada juga Bu Suryani, Bu Sarmi, Bu Sri, dan Mbah Mimin. Para ibu ini bekerja berdampingan karena memegang fisolofi rezeki sudah ada yang mengatur.(pratondo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar